Abah Yoyok

Pendiri Komunitas Dapoer Sastra Tjisaoek, Budayawan Banten, Penulis Buku Puisi Asal Goblek

Uki Bayu Sedjati

Budayawan. Penulis 'Wartawan Kerah Hitam'

Man Atek

Budaywan. Penulis Puisi Roket

Ca'at Fa

Budayawan. Penulis Buku 'Rasa Cinta'

Our Blog

Awas, Penulis Masih Dipandang Sebelah Mata di Negeri Ini

Saya sudah setahun terakhir menyurati banyak lembaga resmi pemerintah, termasuk Dirjen Pajak, Bekraf, meminta pertemuan, diskusi. Mengingat ini adalah nasib seluruh penulis di Indonesia. Literasi adalah hal penting dalam peradaban. Apa hasilnya? Kosong saja. Bahkan, surat-surat itu tiada yang membalas, dibiarkan begitu saja nampaknya. Atas progres yang sangat lambat tersebut, dan tiadanya kepedulian orang-orang di atas sana, maka saya Tere Liye, memutuskan menghentikan menerbitkan buku di penerbit-penerbit, Gramedia Pustaka Utama dan Penerbit Republika, per 31 Juli 2017 lalu.
Hal tersebut merupakan ungkapan Tere Liye melalui status facebook-nya.
Karena adanya ketentuan baru mengenai perpajakan untuk penulis di Indonesia, Tere Liye yang merupakan salah satu penulis kondang tanah air menganggap bahwa ketentuan tersebut tidak adil. Sehingga, ia memutuskan untuk tidak menerbitkan buku melalui penerbitan buku yang ‘mainstream’.


Jika disimpulkan, Tere Liye berpendapat bahwa penulis buku di negeri ini merupakan kumpulan orang-orang yang paling dermawan kepada pemerintah. Sebab, meski rumahnya paling kecil, mobilnya sederhana, ternyata mereka membayar pajak lebih tinggi dari profesi lain yang secara karier lebih pasti.
Maman S Mahayana yang merupakan seorang kritikus sastra dan sebagai guru besar sastra Universitas Indonesia juga berpndapat bahwa pekerja literasi belum memiliki kedudukan yang penting di negeri ini, bahkan seolah-olah para penulis dan sastrawan dianggap tidak memberikan kontribusi apapun di negeri ini. Itu berarti bahwa penulis ataupun sastrawan masih dipandang sebelah mata di negeri ini.
Selama negeri ini berdiri, tidak pernah pemerintah member penghargaan yang berupa materi yang besar dibandingkan penghargaan kepada atlet atau selebritas, misalnya.
Itulah ungkapan dari Maman yang dilansir dari Liputan6.com
Jika dibandingkan dengan profesi lain, peranan penulis maupun seniman tidak kalah penting kontribusinya terhadap negeri.
Maman pun juga berpendapat bahwa, jika kita menyusuri waktu ke belakang, sebenarnya para sastrawan di negeri ini yang berperan penting dalam pembentukan Indonesia sebagai negara kesatuan. Hal tersebut dibuktikan pada teks Sumpah Pemuda.
Apakah para penulis di negeri ini masih sebagai pekerja yang dianak-tirikan dan dipandang sebelah mata?

No comments:

Post a Comment

Authorism Theme

Abah Yoyok

Pendiri Komunitas Dapoer Sastra Tjisaoek, Budayawan Banten, Penulis Buku Puisi Asal Goblek

Uki Bayu Sedjati

Budayawan. Penulis Wartawan Kerah Hitam

Man Atek

Budayawan. Penulis Puisi Roket

Ca'at Fa

Budayawan. Penulis Rasa Cinta

Designed By Templatezy

Theme images by richcano. Powered by Blogger.